Marhaenist – Bikin Gaduh, Panji Gumilang gencar mengaku bermadzhab Bung Karno (Soekarno). Dalam beberapa pemberitaan, Panji Gumilang diberitakan sempat mendeklarasikan dirinya menganut mazhab Soekarno. Hal tersebut menuai protes dari banyak pihak, khususnya dari para pengikut ajaran politik Bung Karno yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) karena dianggap berpotensi menimbulkan gaduh ditengah masyarakat dan kesalahpahaman serta fitnah baru terhadap ajaran Bung Karno.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Marhaenis (DPP GPM) Bidang Ideologi dan Politik Janu Wijayanto mempertanyakan apa maksud klaim Panji Gumilang yang mendeklarasikan madzhab Bung Karno itu.
“Dimana letak madzhab Bung Karno yang dimaksud Panji Gumilang pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu Jawa Barat itu? Madzhab apa yang dimaksud? Kalaupun ada yang menyebut madzhab terhadap pemikiran Bung Karno maka Madzhab yang kita pahami dari Bung Karno adalah suatu aliran pemikiran yang berisi konsepsi dan ajaran serta teori perjuangan dalam melawan kolonialisme dan imperialisme yang telah menimbulkan kesengsaraan rakyat Indonesia dan bagaimana teori perjuangan untuk menjadikan rakyat Indonesia bisa merdeka berdaulat bahagia adil dan makmur dalam negara Indonesia merdeka berdasar Pancasila. Atau yang dikenal dengan marhaenisme” tegas Janu yang juga alumni Kajian Stratejik Intelijen Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia ini, (04/05/2023).
Menurut Ketua DPP GPM Bidang Ideologi dan Politik ini kalaupun disebut madzhab yang dalam terminologi kontemporer sering dimaknai aliran pemikiran dalam teori sosial maka Madzhab Bung Karno bukanlah madzhab agama melainkan madzhab bernegara.
Menurut Janu, Bung Karno di dalam karya tulis yang terkait tema Islam bersifat kajian ilmiah dan dalam konteks tafsir sosial kontemporer misalnya seperti dalam tulisan berjudul “Memudakan Pemikiran Islam” dalam Buku Di Bawah Bendera Revolusi. Atau dalam tulisan lain seperti “Warisi Api Islamnya Bukan Abunya” dimana rata-rata berisi paradigma pembaharuan interpretasi kritis atas pemikiran Islam bahkan Bung Karno jelas di dalam melakukan kutipan ilmiah misalnya dari pembaharu Islam seperti Muhammad Abduh dan sebagainya. Yang intinya bagaimana mengambil api revolusioner dari pemikiran Islam untuk digunakan bersama anasir bangsa Indonesia lainnya dalam melawan ketidakadilan sistem kolonialisme dan imperialisme saat itu.
“Perlu diperjelas, istilahnya saat ini jangan Cherry Picking atau hanya mengambil sebagian saja suatu pendapat dari satu pemikiran utuh, apalagi dari pemikiran Bapak Bangsa seperti Bung Karno yang sepanjang hidupnya diabdikan untuk membangun Persatuan Indonesia. Apalagi jika hal itu hanya untuk menjustifikasi sebuah tindakan, suatu kepentingan tersembunyi (hidden agenda) dan melegitimasi pemikiran tertentu. Apalagi jika tindakan dan pemikiran yang dikulik itu berpotensi merusak persatuan nasional di kalangan umat beragama, jadi kita jelas perlu pertanyakan klaim sepihak Panji Gumilang yang mengaku bermazhab Bung Karno itu maksudnya apa?”, pungkas Ketua DPP GPM Bidang Ideologi dan Politik ini.