Marhaenist.id – Bicara cuaca tidak hanya mengenai cuaca alam, cuaca politik pun terkadang seperti cuaca alam, cuaca politik, agaknya sama dengan cuaca alam sekarang yang sering berubah-ubah, mungkin kemarin panas yang berkepanjangan sekarang sudah mulai turun hujan, jika panas maka akan cerah jika turun hujan maka akan cenderung gelap.
Kita semua belum lupa pada kontestasi Pilpres tahun 2024 yang dilaksanakan pada hari rabu tanggal 14 februari, masih jelas cuaca politik menjelang kontestasi pilpres, banyak drama yang disajikan para elit politik, tidak hanya menjelang pilpres pada saat pilpres pun mungkin bisa dikatakan cuaca tidak cerah, pasca pilpres pun agaknya cuaca politik tidak cerah.
Kejadian yang paling menonjol yaitu perubahan signifikan dalam persyaratan pencalonan presiden dan wakil presiden. Mahkamah Konstitusi (MK), dengan suara bulat, mengesahkan amendemen pada nomor 90/PUU-XXI/2023. Dalam putusan tersebut, MK memutuskan bahwa kepala daerah di bawah usia 40 tahun dapat mengajukan diri sebagai calon presiden atau calon wakil presiden, asalkan mereka pernah atau sedang menjabat sebagai kepala daerah.
Untuk diketahui Pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2024 terdapat 3 Capres-Cawapres, yakni nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD, selain itu juga secara bersamaan dilaksanakan pula Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, jelas ini menambah dinamika dalam kontestasi.
Pasangan Anies dan cak Imin yang diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) telah mendapat dukungan tiga partai politik dari parlemen. Ketiganya yakni Partai Nasdem yang memiliki 59 kursi di parlemen, PKB 58 kursi, dan 50 kursi milik PKS.
Pasangan Prabowo dan Gibran didukung tiga partai politik dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), yakni Partai Gerindra yang memiliki 78 kursi di parlemen, 85 kursi milik Partai Golkar, dan 44 kursi PAN.
Pasangan Ganjar dan Mahfud MD merupakan satu-satunya calon presiden yang bisa diusung PDIP tanpa harus berkoalisi dengan partai lain karena telah memiliki 128 kursi di parlemen. Meski demikian, ada satu partai parlemen lain yang bergabung memberikan dukungan kepadanya dengan 19 kursi, yakni PPP.
Nampaknya koalisi yang dibentuk tidak sekokoh yang dibayangkan, dengan adanya banyak parpol yang merapat ke koalisi Indonesia maju ( KIM ) sebagai pemenang Pilpres, banyak yang menilai narasi kritis yang dikumandangkan selama masa kampanye itu begitu mudah dihapus dengan argumen rekonsiliasi dan persatuan.
Setelah pilpres selesai masih juga di sajikan drama , para elit disibukkan dengan lobi-lobi politik, safari dari partai politik satu ke partai politik lainnya, di lapangan, sejumlah masyarakat sudah mulai menyuarakan protes mereka atas dugaan kecurangan menjelang kampanye pemilu, Semua isu ini menjadi sorotan setelah dugaan kecurangan pemilu diembuskan oleh sejumlah elit.
Cuaca politik Indonesia itu sangat penting sekali bagi mereka yang mempunyai keinginan menanam modal di Indonesia atau mereka yang mau menjadi terlibat dalam hubungan bisnis dengan Indonesia, Cuaca politik jelas mempengaruhi roda ekonomi, yang jelas merasakan adalah kaum marjinal, daya beli akan lesu akibat cuaca politik yang tidak menentu.
Menurut Wakil Ketua Bidang Kebijakan Publik Apindo, Danang Girindrawardana mengatakan kecemasan pelaku usaha terhadap ketidakpastian yang mungkin timbul di masa dan pasca Pilpres, Danang juga menyoroti keterlibatan para pengusaha kakap dalam pemenangan masing-masing pasangan Capres-Cawapres akan memberikan dampak ke dunia usaha.
Guru Besar llmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof Aidul Fitriaciada Azhari mengatakan presiden Indonesia terpilih nantinya diharapkan mempunyai dua kapasitas unggul, yakni mampu merawat persatuan, kesatuan, dan membangun negara.
Menurut Prof. Aidul Fitriaciada bahwa Kedua itulah yang akan terus menopang negara karena sehebat apa pun pemimpinnya, jika tidak didukung lapisan bawah yang kuat, maka akan sulit mencapai tujuan bernegara yang ditetapkan konstitusi.
Dari pernyataan diatas bisa kita lihat bahwa cuaca politik sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat, terutama kaum marjinal, ketika cuaca politik lagi memanas maka kaum marjinal yang paling merasakan dampaknya, perlunya memiliki pemimpin yang mampu mengelola cuaca politik dengan baik agar masyarakat tetap bersatu.
Pemilihan umum yang seharusnya menjadi kontes perebutan kekuasaan memang selalu menguras emosi, tenaga, fikiran, bahkan biaya. Sehingga tak jarang banyak orang yang terjebak kedalam praktek politik yang pragmatis seperti, politik uang, mahar politik, politik balas budi bahkan kasus korupsi. Mereka sudah tidak peduli dengan cuaca yang dihasilkan dari manuver yang dilakukan, karena yang terpenting adalah bagaimana cara menduduki kursi kekuasaan sehingga bisa mendapatkan keuntungan.
Pada akhirnya cuaca politik tidak akan selalu cerah mengingat tantangan dan permasalahan akan datang dari berbagai arah silih berganti datang dan pergi.***
Penulis: Mujiyanto Alumni Muda GMNI Pemalang, Jawa Tengah.