Marhaenist.id – Ketika anda menganggap pemeluk agama lain adalah sesat, memangnya mereka memandang anda tidak sesat? Ketika anda menghakimi pemeluk agama lain akan masuk neraka, memangnya mereka memandang anda tidak akan masuk neraka? Jika anda menganggap yang paling beruntung karena agama anda, bukankah orang lain juga merasa beruntung dengan agama mereka?
Berkeyakinan itu cara kerjanya sejak dulu ya begitu: agama yang dipeluknya pasti dianggap yang paling benar. Lalu, untuk apa kita saling benci dan saling menghakimi karena sama-sama merasa paling benar? Karena Tuhan hanya satu, maka akan terus menjadi rebutan. Lalu, sampai kapan kita akan terus menjadikan Tuhan sebagai obyek sengketa?
Jika kita menyadari bahwa Tuhan hanya satu, maka seharusnya kita juga sadar bahwa semua manusia diciptakan oleh Tuhan yang sama. Jika demikian, mengapa agama manusia harus berbeda-beda? Kalaupun agama dan kitab sucinya sama, mengapa tafsirnya bisa berbeda-beda?
Tuhan mentakdirkan manusia untuk lahir dari orang tua beragama apa saja, dimana selanjutnya takdir kelahiran akan menentukan agama dan keyakinan manusia. Takdir kelahiran itu sendiri hanya Tuhan yang menentukan. Salahkah Tuhan karena membuat agama manusia menjadi tidak sama? Adilkah kita jika menghakimi mereka yang berbeda sebagai “kaum celaka yang pasti akan masuk neraka”?
Saudaraku. Tuhan menjadikan manusia berbeda-beda bukan untuk saling bertikai, bukan untuk saling klaim soal kebenaran, melainkan agar manusia bisa mengidentifikasi satu sama lain dan saling berinteraksi. Silakan menganggap keyakinan yang kita peluk adalah yang paling benar, tanpa harus menyalah-nyalahkan keyakinan orang lain.
Menghakimi orang lain sebagai yang “paling salah”, tidak akan serta merta membuat kita yang “paling benar”. “Bukankah penyakit manusia adalah “merasa paling”? kata Jalaluddin Rumi.
Kebenaran agama yang kita peluk tidak perlu ditunjukkan dengan arogansi dan urat leher, tapi tunjukkan dengan akhlak yang baik dan rasa damai. Karena kebenaran sejati dari segala perbedaan pasti berbasis cinta dan empati kemanusiaan. Itulah tujuan Tuhan dalam membuat perbedaan.
Salam damai buat kita samua🙏🏽
Penulis: Saman Amirudin Patty, Kader GMNI Ambon.