Marhaenist id – Hari Perempuan Internasional yang setiap tahunnya diperingati tanggal 8 Maret, bukan cuma sekadar peringatan, tapi lebih dari itu. Sebuah panggilan untuk kita semua merenung dan bertindak. Di Indonesia, merenungkan arti Hari Perempuan ini tidak bisa lepas dari pemikiran Bung Karno yang dituangkan dalam buku Sarinah. Buku ini bukan cuma buku sejarah biasa, tapi lebih seperti pedoman hidup, khususnya tentang bagaimana perempuan seharusnya punya peran penting dalam kemerdekaan dan kemajuan bangsa kita.
Bung Karno, lewat Buku Sarinah, menolak keras pandangan kuno yang membatasi perempuan cuma di rumah tangga. Beliau melihat perempuan sebagai pribadi utuh, sekuat dan sepintar laki-laki, dan mampu berkontribusi besar untuk negeri ini. Pandangan Bung Karno ini sangat maju untuk zamannya, melawan habis-habisan kebiasaan masyarakat yang menghambat kemajuan perempuan. Beliau tidak cuma bicara kesetaraan, tapi juga peran aktif perempuan dalam membangun Indonesia, sebagai subjek pembangunan, bukan sekadar objek.
Tapi kenyataannya, kita masih jauh dari harapan? Walaupun sudah banyak kemajuan, kesenjangan gender masih terasa sekali. Diskriminasi dalam berbagai bentuk,dari gaji yang tidak adil sampai kekerasan terhadap perempuan, masih jadi masalah besar di Indonesia. Hal seperti ini harus kita hadapi bersama, agar cita-cita yang digambarkan di dalam buku Sarinah benar-benar terwujud.
Saya Sar Dini Menegaskan betapa pentingnya pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Perempuan yang berpendidikan dan punya kekuatan sendiri pasti bisa berkontribusi lebih banyak untuk masyarakat dan negara. Kesempatan yang sama dalam pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan adalah kunci utama untuk mencapai kesetaraan gender yang sesungguhnya. Ini sejalan dengan semangat Hari Perempuan: perubahan besar untuk dunia yang lebih adil dan setara.
Emansipasi perempuan dalam konteks nasionalisme kita bukan cuma soal keadilan, tapi juga kekuatan bangsa. Negara yang memberdayakan semua warganya, termasuk perempuan, pasti akan lebih kuat dan maju. Maka, perjuangan kesetaraan gender ini harus jadi bagian utama dari perjuangan membangun Indonesia yang lebih baik.
Di Hari Perempuan Internasional ini. Mari kita jadikan semangat emansipasi perempuan sebagai kompas kita menuju Indonesia yang lebih adil dan setara. Ini bukan cuma tanggung jawab pemerintah, tapi tanggung jawab kita semua.Bersama-sama, mari kita wujudkan cita-cita kesetaraan gender yang diimpikan Bung Karno.***
Penulis: Sarinah Suriandini, Wakabid Kesarinahan GMNI Penajam.