Marhaenist.id – Dalam menggambarkan tokoh-tokoh yang berani dan bijaksana, saya selalu dihinggapi perasaan kasihan pada nasib mereka. Hal ini tentu saja ada hubungannya dengan pengalaman hidup yang dirasakan oleh mereka.
Kalau kita percaya pada pepatah kuno bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan, maka tidak berlebihan kalau pendapat saya mengatakan bahwa fitnah terhadap Sukarno adalah suatu tindakan yang paling brutal selama masa De-Sukarnoisasi. Meskipun begitu, Pria tangguh ini mampu melewati semuanya.
Sukarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia seorang revolusioner yang gagah berani cinta persatuan. Tapi banyak yang tidak tahu bahwa ia adalah seorang Presiden yang tidak merasa ada hak istimewa.
Di saat Sukarno mudah ia harus menerima kenyataan pahit bahwa kolonialisasi dan penjajahan nyaris membuat sebagian rakyat Indonesia hidup tanpa harapan untuk merdeka.
Bahkan ia menyaksikan sendiri ketika rakyat kecil dipaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan orang-orang hidung belang itu. Sementara rakyat yang bekerja tertindas dan hidup dalam kemiskinan
Dalam kehidupan selanjutnya, Sukarno tumbuh besar dan memiliki kesadaran terutama dalam bidang politik, ekonomi dan budaya. Sukarno ingin melanjutkan perjuangan para pendahulunya, sebab itu ia gemar membaca buku-buku dari tokoh-tokoh seperti Karl Marx, Lenin, Gandhi, dan filsuf Eropa lainnya. Buku-buku itu memengaruhi pemikiran nasionalisme, sosialisme, dan anti-kolonialisme.
Sebagai pejuang-pemikir, yang memiliki komitmen untuk merdeka, ia telah membuktikan perjuangan di atas jalan yang penuh kerikil, pada akhirnya kemerdekaan pun mampu diraih Sukarno. Tapi tentu keberhasilan ini memang pada kenyataannya tidak mengenakkan lawan-lawan politiknya.
Sebagai seorang revolusioner ia selalu mendapat framing yang buruk dari lawan-lawan politiknya baik di internal maupun eksternal. Akibat dari pada itu banyak generasi hari ini yang hampir lupa bahwa Sukarno itu adalah Presiden pertama pemimpin revolusi dan bapak pemersatu bangsa.
Tapi apapun itu perlu diakui bahwa Sukarno adalah sosok yang kuat dan tulus memperjuangkan kemerdekaan, tegar dan serba bisa dalam segala hal yang memang bukan perkara mudah bagi beliau yang harus berperan sebagai Presiden pertama RI dan sebagai pemimpin revolusi Indonesia. Sukarno memiliki banyak pengikut dengan sifat yang berbeda. Ia tidak disenangi elit politik tapi dicintai oleh rakyat Indonesia.
Mata yang penuh harapan itu mengawasi sejumlah peristiwa, seakan mencari keyakinan bahwa berbagai masalah yang dihadapinya hanya sekedar terkejut. Tak menduga. Tapi tak membuatnya getar, ia hanya memancarkan senyum seolah-olah semua berjalan dengan baik.
Itu sebabnya mengapa Sukarno selalu memiliki tempat di hati rakyat Indonesia, karena ia mampu berpolitik dengan Budi Nurani, dan bukan politik balas budi seperti yang terjadi pada kebanyakan politisi sekarang ini.
Sekalipun dihadapkan dengan framing-framing yang buruk, bahkan akrab dengan kritik sosial dan politik, Sukarno sendiri memaknai partisipasi politiknya hanya semata-mata sebagai manifestasi kecintaannya kepada Indonesia.
Hal ini bisa terlihat dari berbagai keputusannya, semata – mata hanya keinginannya untuk melihat bangsa dan negaranya bisa makmur, adil dan sejahtera. Kedekatannya dengan rakyat kecil atau sering ia sebut Kaum Marhaen menjadi dasar perjuangannya. Dirinya percaya bahwa kaum Marhaen adalah bagian terpenting dari perjalanan bangsa ini.***
Penulis: Yongki, Mantan Ketua DPC GMNI Malang.