By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Republik Jenderal Multitasking
DPC PA GMNI Humbahas Ajak Kampus di Sumut Gerakkan Mahasiswa sebagai Relawan Pemulihan Psikologis Anak Korban Bencana
Aliansi Peduli Bencana Sumatera dan GMNI Gelar Aksi Penggalangan Dana di Lubuk Linggaua
DPC GMNI Jaktim, FKPPAI Kota Jaktim dan DPP GJPI Aksi kemanusiaan untuk Korban Banjir Bandang Sumatera
Tiada Hukuman yang Paling Layak Buat Perusak Hutan Kecuali Hukuman Mati

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.
Kabar Alumni GMNI

Menjadi Negeri Para Jenderal, Firman Tendry Masengi Kritik Dominasi Militer dalam Ruang Publik dan Politik Nasional

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Jumat, 5 Desember 2025 | 14:42 WIB
Bagikan
Waktu Baca 3 Menit
Foto: Firman Tendry Masengi, Advokat dan Alumni GMNI (Sumber: Jakartasatu.com)/MARHAENIST.
Bagikan

Marhaenist.id, Jakarta – Advokat sekaligus alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Firman Tendry Masengi, melontarkan kritik mendalam terhadap dominasi para jenderal dalam ruang publik, simbol negara, dan praktik-praktik kekuasaan di Indonesia.

Ia menyoroti bagaimana jejak kekuasaan militer masih begitu kuat bahkan dalam kehidupan sipil, membentuk ingatan kolektif yang mengekalkan relasi kekuasaan yang timpang.

Melalui narasinya yang lugas dalam sebuah opini dengan judul NEGERI PARA JENDERAL:  TENTANG TANAH REPUBLIK YANG RAKYAT TERUS TERJAJAH yang tanyang di Jakartasatu.com Selasa (2/12/2025), Firman Tendry Masengi menyatakan bahwa nama-nama jenderal menghiasi hampir seluruh infrastruktur negara, mulai dari jalan raya, bandara, pelabuhan, hingga fasilitas publik lainnya.

Fenomena tersebut dianggapnya sebagai bentuk “Penjara Ingatan” yang memaksa rakyat untuk terus hidup di bawah bayang-bayang figur yang justru kerap mengkhianati kepentingan rakyat.

“Setiap kali seseorang menyebut nama jalan tempat mereka tinggal, mereka tanpa sadar mengucapkan mantra yang menyanjung para petinggi yang mengkhianati rakyat,” tulis Firman Tendry Masengi.

Menurutnya, tindakan memberi nama fasilitas publik dengan nama para jenderal bukan sekadar bentuk penghormatan historis, tetapi strategi propaganda yang menutupi praktik-praktik kekuasaan yang timpang.

Ia menilai bahwa simbol-simbol tersebut menjadi alat kolonialisasi domestik yang melanggengkan dominasi militer dalam kehidupan sipil.

Masengi juga menyoroti bagaimana sebagian jenderal memindahkan “medan tempur” dari masa perang ke ruang politik dan ekonomi.

Ia menuduh para jenderal menggunakan kekuatan simbolik dan institusional untuk menguasai sumber daya negara, menggusur masyarakat, hingga menekan kritik publik atas nama stabilitas nasional.

“Dulu musuhnya penjajah. Kini musuhnya adalah rakyatnya sendiri,” tegasnya dalam tulisan itu.

Dalam analisanya, Masengi menggambarkan bagaimana jargon seperti nasionalisme, keamanan, dan stabilitas kerap dijadikan pembenaran bagi tindakan represif maupun kebijakan yang merugikan rakyat kecil.

Baca Juga:   Sonny T Danaparamita Kritik Keras Ketimpangan Izin Hutan: Negara Dapat Receh, Rakyat yang Menanggung Kerusakan

Ia menilai bahwa praktik politik demikian menempatkan rakyat sebagai pihak yang terus menerus dilemahkan dan dijauhkan dari hak-haknya sebagai warga negara.

Lebih jauh, ia menyatakan bahwa para jenderal kerap tampil sebagai penyelamat ketika negara menghadapi krisis, padahal sebagian dari mereka turut berperan menciptakan krisis tersebut.

Menurutnya, rakyat tidak boleh dibiarkan lupa bahwa banyak persoalan bangsa justru lahir dari kesalahan elite yang kini tampil seolah pahlawan.

Masengi menutup opininya dengan pertanyaan reflektif tentang makna kemerdekaan Indonesia hari ini:

“Apakah negeri ini benar-benar pernah merdeka? Atau hanya berganti penjajah dari asing menjadi seragam sendiri?” tulisnya diakhir.***

Penulis: Bung Wadhaar/Editor: Bung Wadhaar.

iRadio
Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Republik Jenderal Multitasking
Sabtu, 6 Desember 2025 | 12:46 WIB
DPC PA GMNI Humbahas Ajak Kampus di Sumut Gerakkan Mahasiswa sebagai Relawan Pemulihan Psikologis Anak Korban Bencana
Sabtu, 6 Desember 2025 | 12:24 WIB
Aliansi Peduli Bencana Sumatera dan GMNI Gelar Aksi Penggalangan Dana di Lubuk Linggaua
Sabtu, 6 Desember 2025 | 01:26 WIB
DPC GMNI Jaktim, FKPPAI Kota Jaktim dan DPP GJPI Aksi kemanusiaan untuk Korban Banjir Bandang Sumatera
Jumat, 5 Desember 2025 | 21:23 WIB
Tiada Hukuman yang Paling Layak Buat Perusak Hutan Kecuali Hukuman Mati
Jumat, 5 Desember 2025 | 20:58 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Kelompok Cipayung Plus Jatim Ajak Masyarakat Utamakan Persatuan dan Perdamaian Bangsa
DPR Nilai Saatnya Mahkamah Agung Bersih-Bersih
UU PDP Disahkan, Pemerintah Diminta Bentuk Pengawas Independen
Beliau Ini Tukang Buat Masjid Bagus

Lainnya Dari Marhaenist

GMNI Harus Wajib Tolak Kader ‘Naturalisasi’!

Marhaenist.id - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah salah satu organisasi mahasiswa…

Megawati, Demokrasi dan Hari Ini

Marhaenist.id - Saya lupa dimana pernah saya baca ketika Sukarno menceritakan bagaimana…

Resmikan Sekretariat Gotong-Royong GMNI Banyuwangi, Rifqi Nuril Huda: Ini Siap Jadi Pusat Penguatan Intelektual Kader

Marhaenist.id, Banyuwangi - Sekretariat Gotong Royong Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Banyuwangi di…

Ziarahi ke Makam Bung Karno, Berdoa dan Menabur Bunga: Peran Geo Politik dan Kosmopolitanisme Soekarno (Catatan Perjalanan DPP PA GMNI 6)

Marhaenist.id, Blitar - Usai menabur bunga di atas pusara Makam Bung Karno,…

Marhaenisme: Gerakan Anti Kapitalisme, Liberalisme, dan Kolonialisme (Pidato Bung Karno di Kongres GMNI)

Marhaenist.id - Terlebih dahulu saya mengucapkan selamat dengan Konferensi Besar GMNI ini.…

Rakyat Venezuela dan Revolusi Bolivarian

Marhaenist - Sekitar setengah dari populasi pemilih Venezuela dapat dipercaya untuk bergabung…

Berharap Dualisme Segera Berakhir, Dua Alumni GMNI Dukung adanya Kongres Persatuan

Marhaenist.id - Perpecahan antara kubu Imanuel Cahyadi/Soejahri Somar dan Arjuna Putra Aldino/M.…

Rayakan Dies Natalis GMNI Ke-70, DPK GMNI UIN Jakarta Bagikan Takjil Gratis di Ciputat

Marhaenis.id, Jakarta - Dewan Pengurus Komisariat GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Universitas…

GMNI Minta PJ Bupati Mamasa Tepati Janjinya Tentang Penanganan Longsor di Desa Mambulilling

Marhaenist.id, Mamasa - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar Alumni GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

🎧 Online Radio

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Ikuti Kami
Merdeka!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?