By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.
Kabar GMNIOpini

Membelah Nasionalis, Merapikan Kekuasaan: Tangan Imanuel Cahyadi, Setneg & BIN di Balik Perpecahan GMNI?

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Kamis, 7 Agustus 2025 | 10:58 WIB
Bagikan
Waktu Baca 5 Menit
Foto: Rahu Mangali, Ketua DPC GMNI Bima/MARHAENIST
Bagikan

    Marhaenist.id – Perpecahan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dalam Kongres Bandung bukan sekadar drama internal organisasi. Di balik gaduhnya sidang LPJ yang tak kunjung usai, ketua umum yang menghilang, dan dualisme yang makin runcing, aroma intervensi kekuasaan kian terasa menyengat.

    Satu pertanyaan besar bergema di kalangan aktivis dan pengamat gerakan: Apakah GMNI sedang dipecah dari dalam oleh negara?

    GMNI dan Ketakutan Negara

    GMNI bukan organisasi biasa. Ia membawa nama besar Bung Karno, ideologi Marhaenisme, dan sejarah panjang oposisi terhadap kekuasaan yang tak berpihak pada rakyat. Maka bukan hal mengejutkan jika ada kekuatan negara yang merasa tak nyaman dengan kebangkitan GMNI yang solid dan ideologis.

    Sumber internal menyebut, sejak beberapa tahun terakhir, ada upaya sistematis untuk memecah GMNI dari dalam. Tak hanya melalui tokoh-tokoh bayangan, tapi juga lewat saluran formal kekuasaan. Dugaan paling mencolok mengarah ke Sekretariat Negara (Setneg) dan Badan Intelijen Negara (BIN).

    “Beberapa tokoh GMNI yang dekat dengan lingkar kekuasaan terlihat aktif ‘menggarap’ arah kongres. Ada campur tangan dalam penunjukan lokasi, pengaturan logistik, hingga penempatan peserta kongres ‘titipan’. Ini bukan lagi gerakan independen. Ini sudah masuk wilayah operasi politik negara,” ujar salah satu pengurus cabang yang enggan disebut namanya.

    Jejak Setneg dan Proyek Netralisasi Nasionalis

    Setneg selama ini punya peran besar dalam pengelolaan narasi politik nasional. Banyak aktivis dan mantan pengurus GMNI kini menempati posisi strategis di lembaga ini. Dalam beberapa kasus, keterlibatan mereka dalam mengatur ritme organisasi terlihat jelas—terutama dalam penentuan arah dukungan politik menjelang pemilu.

    Penting diingat: GMNI adalah salah satu dari sedikit organisasi mahasiswa yang tidak tunduk secara penuh pada partai manapun. Dalam kondisi seperti ini, netralisasi dilakukan bukan dengan merangkul, tapi dengan membelah. Dua kubu GMNI yang kini saling klaim keabsahan seolah menjadi desain untuk melemahkan posisi tawar gerakan nasionalis.

    Baca Juga:   Pro dan Kontra PT. SIM di Dusun Pelita, Bupati SBB dilema?

    BIN: Operasi Senyap yang Terlalu Nyata

    Lebih dalam lagi, sejumlah aktivis menduga adanya operasi senyap yang dijalankan oleh unsur-unsur BIN untuk “mengatur peta ideologis mahasiswa”. Pola-pola penggembosan ini sangat khas: dukungan dana tanpa asal jelas, momen-momen krusial yang tiba-tiba chaos, hingga kehadiran “pengamat” yang bukan dari unsur peserta.

    “BIN tidak harus selalu muncul dalam bentuk agen gelap. Cukup menitipkan satu-dua kader di kepanitiaan, cukup menyuntik sedikit logistik ke satu faksi, sudah bisa mengubah arah kongres,” kata seorang mantan aktivis GMNI yang kini aktif di lembaga riset independen, Usai ditelfon lewat Via WA.

    Bukan Sekadar Kongres Molor

    Apa yang terjadi di Kongres Bandung bukan sekadar sidang yang molor atau palu yang dibawa kabur. Ini tentang satu bab penting dalam sejarah penghancuran kekuatan nasionalis oleh negara itu sendiri. Ketika GMNI dibelah, maka gerakan mahasiswa kehilangan salah satu benteng ideologis yang masih tersisa.

    Dan negara tahu itu. Pecahnya GMNI bukan kerugian bagi penguasa—justru jadi keuntungan. Nasionalisme bisa diklaim sepihak oleh elite kekuasaan, sementara gerakan rakyat yang sejati disibukkan dengan konflik internal dan saling curiga.

    Immanuel Cahyadi: Ketua Umum atau Agen Desukarnoisasi?

    Nama Immanuel Cahyadi kini jadi simbol dari kehancuran moral GMNI. Sebagai Ketua Umum, alih-alih menjadi pemersatu ideologis, ia justru jadi tokoh sentral dalam perpecahan. Kaburnya ia dari sidang pertanggungjawaban, dugaan manipulasi akomodasi kongres, hingga hilangnya palu sidang bukan hanya soal teknis—ini adalah gejala dari upaya sistematis menenggelamkan GMNI ke dalam lumpur politisasi.

    Banyak pihak mulai menyebutnya sebagai agen desukarnoisasi, yang bergerak senyap untuk menyingkirkan GMNI dari jalur historisnya. Dan ini sejalan dengan pola lama negara: menyusupkan kader loyal ke posisi strategis untuk mengubah arah organisasi dari dalam, bukan lewat represi kasar seperti Orde Baru, tapi lewat kooptasi lembut dan pengkondisian dana.

    Baca Juga:   GMNI Jaksel Tuntut Pencopotan Kapolres dan Kapolsek Terkait Pembubaran Diskusi FTA: Usut Tuntas Otak di Balik Penyerangan

    Saatnya Menjawab: Lawan atau Diam

    Tulisan ini bukan untuk menuduh tanpa dasar, tapi untuk membuka ruang diskusi yang selama ini dibungkam. Jika Gerakan Mahasiswa Nasionalis seperti GMNI tak segera sadar dan bersatu, maka proyek pembelahan ini akan terus terjadi. Hari ini GMNI, besok mungkin HMI, PMII, atau organisasi mahasiswa lain yang dianggap terlalu kritis.

    Lawan tidak selalu datang dengan senjata dan pentungan. Terkadang mereka menyamar dalam bentuk fasilitator, sponsor, atau bahkan kader senior. Dan jika kita tidak waspada, gerakan ini akan jadi sejarah—bukan pelaku sejarah.

    Mari kita satukan tekad untuk persatuan yang akan diselenggarakan melalui Keputusan Konsolidasi Nasional, dari hasil Konsolidasi Nasional tersebut merujuk dalam lersatuan GMNI yang selama ini ber-dualisme lalu menjadi tigalisme di Kongres Bandung.***


    Penulis: Rahu Mangali, Ketua DPC GMNI Bima.

     

    iRadio
    Bagikan Artikel
    Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

    ARTIKEL TERBARU

    Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
    Rabu, 26 November 2025 | 23:43 WIB
    Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
    Rabu, 26 November 2025 | 12:29 WIB
    Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
    Senin, 24 November 2025 | 11:18 WIB
    Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
    Minggu, 23 November 2025 | 07:46 WIB
    Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan
    Sabtu, 22 November 2025 | 22:03 WIB

    BANYAK DIBACA

    Negara Hukum Berwatak Pancasila
    Masa Jabatan Legislatif Tanpa Ujung: Celah yang Mengancam Alam Demokrasi
    Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
    Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
    Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi

    Lainnya Dari Marhaenist

    Wacana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, GSNI Surabaya Khawatir Bentuk Pengkhianatan Integritas Bangsa

    Marhaenist.id, Surabaya - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI)…

    Rudi Tanjung: Bangkitkan Kaum Intelektual, Kokohkan Pancasila di Bumi Nusantara

    Marhaenist.id, Selatpanjang – Dalam upaya memperkuat nilai-nilai Pancasila di wilayah perbatasan NKRI,…

    Analis Politik & Militer Universitas Nasional: Mayor Teddy Dipaksakan Jadi Letkol

    Marhaenist.id, Jakarta - Kenaikan pangkat Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya dari…

    Ketua Mahkamah Konstitusi Buka Bimbingan Teknis Angkatan II PA GMNI

    Marhaenist - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman membuka Bimbingan Teknis (Bimtek)…

    Lima Nahdiyin Bertemu Presiden Israel, PBNU Lakukan Pemanggilan, Berikan Sanksi?

    Marhaenist - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Savic Ali mengatakan bahwa…

    Dugaan Kasus Pelecehan Seksual di Rumah Sakit Malang, GMNI Jatim: Desak Penegakan Hukum Tegas

    Marhaenist.id, Surabaya - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

    Keterhilangan Eksistensial: Dari Krisis Kesadaran hingga Kolonisasi Atensi

    Marhaenist.id - (Pengantar) Krisis kesadaran yang muncul di era digital menemukan bentuk…

    Konsep “Partai Perorangan” PSI

    Marhaenist.id - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) selama ini dikenal sebagai partai yang…

    Tips Cantik Tradisional

    Marhaenist.id - Sejak zaman nenek moyang, manusia mewarisi praktik perawatan tubuh dan…

    Tampilkan Lebih Banyak
    • Infokini
    • Indonesiana
    • Historical
    • Insight
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
    • Bingkai
    • Kapitalisme
    • Internasionale
    • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Manifesto
    • Opini
    • Polithinking
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
    Marhaenist

    Ever Onward Never Retreat

    • Tentang Kami
    • Redaksi
    • Kontak
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
    • ▪️ Kirim Artikel
    • ▪️ Format

    Vivere Pericoloso

    🎧 Online Radio

    Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

    Marhaenist
    Ikuti Kami
    Merdeka!

    Masuk ke akunmu

    Lupa passwordmu?