By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar Alumni GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.
Belajar KoperasiOpini

Kooperasi dan Hegemoni Kapitalisme

Marhaenist Indonesia
Marhaenist Indonesia Diterbitkan : Selasa, 4 Februari 2025 | 17:55 WIB
Bagikan
Waktu Baca 10 Menit
Illustration: Cristina Bernazzani
Bagikan

Marhaenist.id – Sadar atau tidak, sistem kapitalisme hari ini telah menghegemoni manusia agar tunduk pada satu tata aturan yang tidak lagi rasional. Sebut saja misalnya dalam soal sistem ekonomi, kita disuruh menerima secara buta sistem pembagian ekonomi yang tidak adil serta sistem kepemilikan perusahaan esklusif di tangan pemodal semata.

Daftar Konten
Idealisme KoperasiRekognisi DuniaMakna Kooperasi

Manusia di seluruh dunia hingga hari ini, secara massal, diminta menerima kebodohan sistem pembagian keuntungan perusahaan yang tidak adil dengan hanya berikan seluruh keuntungan perusahaan pada pemilik modal. Padahal keuntungan itu bukan hanya dihasilkan dari kontribusi kapital finansial, melainkan juga atas jerih payah keringat buruh, pemikiran pekerja dan juga pengorbanan konsumen.

Tak hanya itu, bahkan seluruh keputusan menyangkut nasib hidup para pekerja itu ditentukan oleh pemilik modal kapital sepenuhnya. Nasib buruh atau pekerja di perusahaan itu diputuskan oleh pemegang modal kapital semata.

Pekerja disuruh menerima secara given, bahwa aturan main yang tidak adil itu sebagai kewajaran umum. Mereka tidak memiliki saluran aspirasi kecuali hanya melalui cara demonstrasi jalanan. Tak hanya pekerja, konsumen si pembayar pendapatan dan pemberi keuntungan perusahaan bahkan kehilangan haknya untuk turut menerima jamiman kualitas produk yang mereka beli.

Pekerja, konsumen dan juga produsen kecil penyedia bahan baku semua menggantungkan nasib pada segelintir pemilik modal perusahaan. Perusahaan sebagai lembaga pelayanan bisa bertindak semena mena dengan menggaji buruh dengan murah, merusak alam, pekerjakan anak, menggusur mereka yang lemah dan bahkan memproduksi kualitas barang yang sepenuhnya abaikan akibat buruk bagi konsumen.

Para pemilik perusahaan kapitalis itu dengan kekuatan akumulasi keuntungan dan kekayaanya bahkan dapat dengan mudah untuk membeli aturan negara, menyogok pejabat, membiayai elit politik, demi kepentinganya. Mereka semakin lama bertambah kuat dan bahkan menjadi kekuatan supra negara. Mengangkangi kepentingan rakyat banyak.

 

Idealisme Koperasi

Namun demikian, kita bersyukur bahwa dunia tetap masih mampu ciptakan narasi tanding dari sistem kapitalisme itu. Seperti misalnya kooperasi, suatu perusahaan yang didirikan untuk motif, cara dan tujuan yang berbeda.

Tahun 1844, di kota Rochdale, Inggris telah lahir satu alternatif perusahaan kooperasi yang menentang secara mendasar dari sistem korporasi kapitalis tersebut. Kalau korporasi kapitalis itu didirikan untuk motif mengejar keuntungan dari pemodalnya semata, dikelola secara autokratif dengan kuasa pengambilan keputusan di tangan pemodalnya, kuasai seluruh keuntungan perusahaan, maka koperasi dibuat sebaliknya.

Baca Juga:   Kemerdekaan Yang Tidak Pasti: Potret Kekerasan Perempuan Tak Kunjung Usai

Korporasi kapitalis itu dioposisi secara mendasar oleh koperasi. Koperasi pioner Rochdale itu membuat suatu perusahaan yang di tujukan untuk mengejar manfaat bagi semua pihak, baik itu pemodal, pekerja dan bahkan konsumenya. Keputusan perusahaan itu diputuskan secara demokratis dengan hak setiap orang satu suara oleh semua pihak yang terlibat di perusahaan. Keuntungan atau nilai tambahnya juga dibagi secara adil bagi semua. Kooperasi letakkan orang di atas yang material, modal kapital.

Motif, cara dan tujuan kooperasi yang berbeda dengan sistem kapitalisme telah mengubah sedikit dunia menjadi lebih adil, demokratis dan berartabat. Cara kerja kooperasi yang dilandaskan pada nilai moral etis bukan hanya sekedar sebagai perkakas pengejaran materi dan pemuas keserakahan telah menjadikan wajah dunia menjadi lebih baik.

 

Rekognisi Dunia

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam Sidang Pleno ke-47 tahun 2023 mengeluarkan Resolusi No.47/90 tentang penetapan tahun 2025 sebagai Tahun Kooperasi Internasional (Internasional Year Cooperative/IYC). Seluruh negara dan organisasi anggota PBB memiliki kewajiban untuk mempromosikan kebaikan dari kooperasi sebagai instrumen penting bagi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Pengakuan PBB tersebut tentu bukan hanya pengakuan dalam makna filosofis teoritis, kooperasi diakui karena telah dihidupi sebagai gerakan perubahan sosial menuju dunia yang lebih baik oleh banyak orang. IYC 2025 merupakan pengakuan atas praktik perusahaan demokratis yang dimiliki 1,3 milyard orang di 3 juta lebih organisasi perusahaan koperasi yang bergerak di semua sektor layanan sosial ekonomi, bahkan hingga layanan publik.

Tiga ratus koperasi besar dunia bahkan hasilkan putaran bisnis yang setara dengan Produk Domestik Bruto(PDB) negara Italy sebesar kurang lebih 36 ribu trilyun rupiah (International Cooperstive Alliance, 2023). IYC 2025 adalah pengakuan mendasar atas arti penting kooperasi sebagai organisasi yang letakkan kesetaraan dalam pengambilan keputusan di tempat kerja, di ruang hidup keseharian masyarakat.

Kooperasi sebagai organisasi adalah promotor nilai penting kerjasama dan ini telah mendorong kohesi sosial dan pembangunan yang berkelanjutan, sebab, melalui kerjasama di kooperasi terjadilah penyatuan kepentingan semua pihak agar berjalan secara demokratis dan adil karena tanggungjawab individu didorong menjadi bagian dari tanggungjawab bersama untuk mencapai kepentingan bersama (bonum commune).

Baca Juga:   Cara Melawan Kapitalisme (2): Sang Karyawan Hemat

 

Makna Kooperasi

Nilai kerjasama atau cooperation, yang dilembagakan di organisasi modern kooperasi sesungguhnya adalah DNA manusia yang penting. Manusia sejak lahir tidak lepas dari nilai kerjasama. Manusia paling egois pun tentu akan mempraktikan kerjasama ini dalam hidup mereka.

Berbeda dengan sistem kapitalis yang hidupnya bergantung pada kekuatan dogma persaingan yang manipulatif terhadap rasionalitas hidup kita, kooperasi ingin agar nilai kerjasama yang natural dan rasional itu dihidupkan.

Melalui jalan kooperasi, sesungguhmya bertujuan agar manusia memiliki kesadaran penting bahwa dunia kita hingga hari ini sebetulnya sudah tidak fair, manipulatif. Ada sistem pembagain keuntungan ekonomi yang tidak adil dan dimonopoli oleh segelintir pemilik modal besar yang berkongkalikong dengan elit politik.

Kooperasi memiliki tujuan agar umat manusia kebanyakan sadar bahwa, sistem kapitalisme yang eksploitatif itu langgeng bukan karena kekuatan kapital besarnya yang digunakan untuk menindas, melainkan dikarenakan dogma persaingan itu diafirmasi oleh banyak orang termasuk mereka yang menjadi korban eksploitasi. Agar sadar bahwa korporasi kapitalis itu menjadikan orang banyak tetap lemah, bersaing berdarah darah di bawah antar mereka yang sudah sama sama lemah, sementara kekuatan pemilik elit kapitalis mengendalikan dan memonopoli dan menghegemoni orang banyak dalam kongkalikong ekonomi dan politik dengan elit politik dan kaum feodalis.

Persaingan dalam maknanya yang kasar adalah pendorong utama konflik karena dasarnya pijaknya adalah yang satu mengalahkan yang lain, hasilkan perseteruan abadi dan jadikan mereka yang unggul merebut semuanya, the winner take all. Padahal bersaing atau kompetisi adalah dalam makna katanya berasal dari compete, yang artinya adalah berjalan bersama (Ivano Barbareni, 2009).

Aristoreles mengatakan bahwa manusia adalah mahkluk sosial. Sehingga dalam dimensinya sebagai mahkluk beradab, manusia perlu didorong untuk menjadi etis. Bahkan Thomas Hobbes yang katakan manusia adalah serigala bagi manusia lainya tetap menawarkan sebuah aturan main yang harus dihormati untuk memungkinkan terjadinya hubungan yang lebih baik.

Rita Levi-Montalcini (2009), peraih Nobel ini menjelaskan bahwa alasan perilaku manusia ditemukan di organ otak, atau lebih tepatnya pada bagian limbik, yang terletak di hipokampus yang tidak berevolusi selama tiga juta tahun dan sekarang mengendalikan emosi kita. Sementara komponen kognitif (neokorteks) justru mengalami perkembangan luar biasa dan mendorong perkembangan budaya terutama melalui bahasa. Sayangnya, struktur yang yang memandu sebagian besar perilaku kita dan menyebabkan begitu banyak tragedi besar itu dikendalikan komponen emosional lebih dominan daripada dimensi kognitif. Kooperasi mendorong agar rasionalitas kita tetap bekerja dan manipulasi ilutif dari emosi manusia oleh sistem kapitalisme tereduksi.

Baca Juga:   Perlu Perubahan Paradigma dan Sistem untuk Pembangunan UMKM dan Koperasi

Hubungan antara masyarakat dan individu itu dicirikan oleh beragam kepentingan. Sering secara impersonal bahkan saling bertentangan. Kerjasama antar individu serta masyarakat lintas negara yang setara memiliki arti sangat penting bagi perbaikan dunia.

Krisis global telah memperjelas bahwa sumbernya karena kurangnya hilangnya kepercayaan yang menyebabkan situasi chaos akibat persaingan. Persainganlah yang jadi sebab konflik dan perang, yang berefek domino di seluruh planet.

Kooperasi dalam konteks mikronya, lahir dari pencarian cara yang lebih baik untuk menentukan hubungan ekonomi dan komersial agar menjadi lebih adil, menghormati prinsip-prinsip etika, dan kebaikan bersama. Bagaimana agar keputusan di perusahaan, ruang hidup keseharian kita itu dapat memberikan jaminan atas kesetaraan, keadilan dalam distribusikan keuntungan atau manfaat ekonomi dan sosial.

Adam Smith, ekonom dan filsuf Skotlandia peletak dasar bagi ekonomi politik klasik sebetulnya juga sudah menekankan arti penting cara etis untuk mencapai masyarakat yang lebih baik. Penyalahgunaan secara sewenang wenang atas hak privelege properti, pendapatan yang eksploitatif memicu rasa jijik dan muak dalam dirinya. Menurut visinya, pasar itu harus mencakup nilai-nilai seperti solidaritas, kemurahan hati, dan rasa kenegaraan, bukan sekadar tujuan untuk memaksimalkan keuntungan.

Inisiatif koperasi pertama, Equitable Pioneers of Rochdale, yang dirintis tahun 1844 di kota Rochdale, Inggris dan dan pemimpin gerakan koperasi lainya seperti William King, Friedrich Wilhelm Raiffeisen, dan Philippe Buchez hingga Charles Fourier, Louis Blanc, Luigi Luzzatti, dan Giuseppe Mazzini, dan anak anak ideologis Bung Hatta, Bapak Koperasi kita, mustinya bangga akan pengakuan dari PBB atas keberhasilan koperasi ini.***


Penulis: Suroto, Direktur Cooperative Research Center (CRC) Institut Teknologi Keling Kumang, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES).

iRadio
Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Pulau Buru dan Pengarahan Tenaga Kerja Tapol
Rabu, 26 November 2025 | 23:43 WIB
Ironi di Kawasan HTI RAPP: GMNI Temukan Sekolah Beralas Pasir dan Lansia Terabaikan Fasilitas Kesehatan di Kampar Kiri
Rabu, 26 November 2025 | 12:29 WIB
Beredar Akun Facebook Palsu Atas Nama Dirinya, Karyono Wibowo: Ada Orang yang tidak Bertanggungjawab – Mohon Abaikan
Senin, 24 November 2025 | 11:18 WIB
Andai Bank BRI Jadi Bank Koperasi Seperti Desjardins Bank
Minggu, 23 November 2025 | 07:46 WIB
Diskusi Publik Persatuan Alumni GMNI Jakarta, Anies Baswedan Tekankan Ekonomi Berkeadilan
Sabtu, 22 November 2025 | 22:03 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Masa Jabatan Legislatif Tanpa Ujung: Celah yang Mengancam Alam Demokrasi
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi

Lainnya Dari Marhaenist

Foto: Warga Kebon Sayur Yang di Tangkap Paksa Oleh Aparat (Bapak Juned)/MARHAENIST.

Kronologis Penangkapan Paksa Terhadap Warga Kebun Sayur Yang Menolak Pengusuran

Marhaenist, Jakarta - Pada hari ini, rabu (13/08/2025) telah terjadi upaya penangkapan…

Indonesia di Persimpangan Geopolitik: Peluang dan Tantangan Dalam Menjalin Kerja Sama Dengan Uni Eropa

Marhaenist.id - Pernyataan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di…

Tanggapi Isu Keterlibatan dalam BPK, DPC GMNI Jember: Itu tidak Sah dan tidak Sesuai dengan Fakta Sebenarnya

Marhaenist.id, Jember - Belakangan ini, tengah beredar secara masif berbagai informasi dan…

Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Prabowo Subianto, Pertandingan Melawan Korupsi

MARHAENIST - Indonesia memulai sebuah era baru, memilih presiden secara langsung pada…

Pesan dari Timur, GMNI Manado: Kami serukan Kongres Persatuan!

Marhaenist.id - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Manado dengan tegas menolak segala…

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. FILE/Humas Jateng Prov

Untuk Bangsa, Ganjar Pranowo Siap Maju Nyapres!

Marhaenist - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo memiliki modal yang besar…

GMNI Pandeglang Ingatkan Anggota Dewan, Masih Banyak Jalan Rusak

Marhaenist.id, Pandeglang- Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) melakukan…

Komandan Pacul Masuk dalam Bursa Menteri Pemerintahan Prabowo-Gibran?

Marhaenist.id - Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul atau sering disebut Komandan Pacul…

Sudah Sejahterakah Buruh Hari Ini? Telaah Kritis Melalui Perspektif Marxis

Marhaenist.id - Di tengah kemajuan teknologi, liberalisasi ekonomi, dan pergeseran dunia kerja,…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar Alumni GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

🎧 Online Radio

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Ikuti Kami
Merdeka!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?