By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Leviathan yang Tersenyum

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Sabtu, 31 Mei 2025 | 16:12 WIB
Bagikan
Waktu Baca 3 Menit
Ilustrasi Leviathan, Mahluk Mitologi yang mengerikan/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Ketertiban atau Ketakutan?

Di negeri ini, kita tidak butuh kudeta untuk kembali ke zaman kekuasaan absolut. Cukup digandengkan dengan kata “stabilitas nasional”, “persatuan”, dan “nasionalisme”, maka kita rela menyerahkan akal sehat, hak kritik, dan kebebasan berpikir.

Begitulah cara Leviathan—makhluk politik buatan Thomas Hobbes—hidup kembali dalam diri kekuasaan yang dipoles demokrasi tapi bersenjata retorika militer.

Prabowo Subianto presiden terpilih adalah perwujudan dari ini: ia belum menjadi tiran dalam pengertian klasik, tapi penjaga keteraturan dengan simbol-simbol loreng dan logika ala barak –retret.

Berpikir Dicurigai

René Descartes pernah berkata, “Saya berpikir, maka saya ada.” Tapi hari ini, jika Anda berpikir terlalu keras—apalagi mempertanyakan kekuasaan—Anda bisa dianggap sebagai subversif. Demokrasi kita telah kehilangan methodic doubt, keraguan sehat yang diperlukan agar kekuasaan tak tumbuh liar.

Ketika kritik dilemahkan, ketika oposisi difitnah, dan ketika rakyat lebih senang menonton TikTok daripada memahami rancangan undang-undang, maka demokrasi tidak dibunuh—ia bunuh diri.

Leviathan yang Kita Undang Sendiri

Thomas Hobbes percaya bahwa manusia secara alami penuh hasrat dan cenderung saling memangsa. Maka satu-satunya jalan damai adalah menyerahkan kebebasan kepada kekuasaan mutlak — sang Leviathan.

Hari ini, kita melakukannya tanpa sadar:

Menyambut pemimpin militer dengan suara mayoritas.

Membenarkan pembatasan kebebasan atas nama ketertiban.

Menganggap demokrasi terlalu ribut dan “butuh pemimpin tegas”.

Kita tidak dipaksa tunduk. Kita memilih tunduk, karena takut akan “kekacauan” yang terus-menerus dijual media elite.

Saat Akal Jadi Alat Penindasan

Horkheimer, filsuf Mazhab Frankfurt, mengingatkan bahwa akal bisa menjadi alat penindasan bila dilepaskan dari nilai-nilai emansipatoris.
Akal modern, kata dia, telah berubah menjadi akal instrumental—yang hanya bertanya “bagaimana cara menang?” bukan “apakah ini adil?”

Baca Juga:   Sarinah dan Cita-Cita Kesetaraan: Perempuan dalam Bingkai Nasionalisme

Inilah yang terjadi hari ini.
Logika kekuasaan militer kembali naik daun bukan karena rasional secara moral, tapi karena efisien secara kekuasaan. Kritik dianggap gangguan. Minoritas dianggap beban. Oposisi dilabel radikal.

Maka demokrasi hari ini adalah demokrasi teknokratis—yang berbicara seperti Excel, bertindak seperti mesin, dan menekan seperti senjata.

Demokrasi yang Tak Mau Berpikir

Jika Hobbes mengajarkan bahwa kita butuh kekuasaan untuk menjaga kita dari kekacauan, dan Descartes mengajarkan kita berpikir untuk memastikan kebenaran, maka Horkheimer mengingatkan:

_Jika berpikir hanya untuk memperkuat kekuasaan, maka kita telah kehilangan jiwa._

Dan itulah yang sedang kita saksikan: Leviathan yang tersenyum, didukung oleh rakyat, tapi mengurung semua bentuk keberanian intelektual.

Kini pertanyaannya bukan lagi:
“Siapa yang akan memimpin kita?”

Tapi: “Apakah kita masih berpikir bebas di bawah kekuasaan yang mengaku menjaga kita?”


Penulis: Firman Tendry Masengi, Alumni GMNI.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Foto: Desain Grafis oleh SP-NTT/MARHAENIST
Pernyataan Sikap SP-NTT: Polemik Geothermal Flores-Lembata dan Polemik Investasi di Pulau Padar Taman Nasional Komodo
Senin, 25 Agustus 2025 | 17:44 WIB
Semangat Muda Kaum Nasionalis: Deklarasi GSNI Pacitan
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:34 WIB
Aksi Mahasiswa: Bubarkan DPR ?
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:28 WIB
Mas Bambang Patjul Dibutuhkan Fokus Skala Nasional
Minggu, 24 Agustus 2025 | 21:13 WIB
‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait
Sabtu, 23 Agustus 2025 | 19:24 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Peringati HUT Kemerdekaan RI, DPC GMNI Touna dan DPK GMN Bung Tomo Manajenen Gelar Nobar Sekaligus Bedah Film bersama Masyarakat
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Historical

Pidato Bung Karno Saat Konferensi Besar GMNI di Kaliurang 17 Februari 1959

Lenyapkan Sterilitiet Dalam Gerakan Mahasiswa Pidato tertulis PJM Presiden Sukarno pada Konferensi…

Kabar GMNI

Gelar Dialog Interaktif, DPC GMNI Kendari Ulas Perspektif Pergerakan Perempuan di Masa Kini

Marhaenist.id, Kendari - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Kabar GMNI

GMNI Surabaya Soroti Kebijakan Parkir Minimarket: Premanisme Dilegalkan Lewat Kebijakan Parkir, UMKM Justru Jadi Korban

Marhaenist.id, Surabaya — Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya yang melarang pelaku usaha ritel…

Kabar GMNI

GMNI: Konstitusi Dibegal, Demokrasi Dikebiri

MARHAENIST - Dalam UUD tahun 1945 hasil amandemen, Pasal 1 Ayat (2)…

Kabar GMNI

Menuju Jalan Rekonsoliasi Nasional, Ketum Terpilih Kongres GMNI Bandung dan Kubu Arjuna – Dendy Sepakat Menyulam Persatuan

Marhaenist.id, Jakarta – Di tengah riuh dinamika pasca Kongres Gerakan Mahasiswa Nasional…

Opini

Kapitalis dan Komunis

Marhaenist.id - Pada pandangan pertama, kapitalisme dan komunisme tampak seperti dua kutub…

Kabar GMNI

GMNI: Revisi UU Pilkada Inkonstitusional

MARHAENIST - Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menilai revisi UU…

Infokini

Jokowi Kecam Israel Atas Pembunuhan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh

Marhaenist - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam keras pembunuhan pemimpin Hamas Ismail…

Kabar GMNI

Jumpai Ketua DPRD Riau, Cipayung Plus Desak Pembentukan Pansus Defisit APBD: Biar Tahu Siapa Biang Keroknya!

Marhaenist.id, Pekanbaru – Kelompok Cipayung Plus Riau resmi mendesak DPRD Provinsi Riau…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?