By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Gelar Sarasehan, GMNI Surabaya: Teguhkan Persatuan Kader, Akhiri Dualisme Kepemimpinan
Resmi Dilantik, DPC GMNI Halut Komitmen Kawal Kebijakan Pemda yang Pro Rakyat
Arjuna Putra Aldino Lantik Pengurus DPC GMNI Halut Periode 2025-2027
DPD PA GMNI Kaltim Tolak Pemangkasan DBH yang Dinilai Sangat Tidak Adil
Tambang Rampok Hak Rakyat, Ketua PA GMNI Kaltim Desak Presiden Prabowo Hentikan Operasi 13 Perusahaan Raksasa

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Historical

Inggit Garnasih Pahlawan Nasional yang Tak Kunjung Diakui dan Telupakan

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Jumat, 1 November 2024 | 15:14 WIB
Bagikan
Waktu Baca 5 Menit
Foto: Inggit bersama Bung Karno (Sumber Foto: Arsip Nasional RI)/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Pada tanggal 7 Februari 1980, mantan Gubernur DKI Bang Ali bertamu ke rumah IBu Inggit Garnasih. la mengerahkan kemampuan bahasa Sunda halusnya (Bang Ali adalah menak atau bangsawan Sunda dari Sumedang) untuk menanyakan kesediaan Ibu Inggit Garnasih menerima Fatmawati.

Di luar dugaan, urusannya ternyata mudah. Ibu Inggit Garnasih mempersilakan, maka terjadilah pertemuan pertama dalam 38 tahun bagi kedua istri Bung Karno tersebut.

Fatmawati berkali-kali bersimpuh dan mencium kaki Ibu Inggit Garnasih memohon maaf sambil menangis. la juga menyuruh putrinya, Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri dan putra bungsunya Guruh Soekarno, melakukan hal yang sama. Ibu Inggit Garnasih lantas menjawab “Indung mah lautan hampura” (Ibu ini lautan maaf) sembari mengelus dan menciumi rambut Fatmawati serta putra-putrinya.

Namun Ibu Inggit Garnasih juga mengingatkan agar ke depan, jangan sampai mencubit orang lain kalau tak ingin dicubit, karena dicubit itu rasanya sakit. Niat baik Fatmawati meminta maaf kepada ibu angkatnya menjadi penyucian diri. Hanya tiga bulan sesudahnya, pada 14 Mei 1980 Fatmawati berpulang setelah menunaikan umrah.

Pada tanggal 27 November 1982 terjadi lagi pertemuan mengharukan, kali ini tiga janda Bung Karno bertemu. Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) dan Hartini menemui Ibu Inggit Garnasih yang tengah terbaring sakit. Dewi dan Hartini yang dulu paling sengit bersaing nampak rukun, dan keduanya mengakui ketokohan Ibu Inggit. Sayang tidak banyak percakapan yang berlangsung karena kondisi Ibu Inggit Garnasih sangat lemah, Namun ia tetap kelihatan senang dengan kunjungan istimewa itu.

Ibu Inggit Garnasih adalah tokoh teladan dari era perjuangan kemerdekaan yang belum mendapatkan gelar pahlawan nasional yang menjadi haknya.

Baca Juga:   Ibu, Ibu, dan Sejarah Hari Ibu

Ibu Inggit Garnasih adalah sosok yang memberi dan memberi, tanpa mengharapkan kembali. Betapa tidak, dari 19 tahun pernikahan, 9 tahun di antaranya dihabiskan di pembuangan dan hampir 3 tahun Inggit ditinggal Soekarno yang mendekam di penjara. 7 tahun sisanya dihabiskan dengan bermain kucing-kucingan melawan para intel Belanda, di tengah kesibukan mencari uang sendiri guna membiayai perjuangan sang suami. Kapan senangnya Ibu Inggit Garnasih? Istri mana yang mau dan mampu menanggung pengorbanan sebesar itu?.

Inggit Garnasih Soekarno wafat pada tanggal 13 April 1984 dałam usia 96 tahun. Tidak ada penghormatan khusus dari pemerintah pusat maupun daerah baginya. Namun para tetangga di Jalan Ciateul dan sekitarnya tanpa ada yang mengkoordinasikan serentak mengibarkan bendera merah putih setengah tiang. Saat jenazah dibawa ke pemakaman, mereka dan sejumlah warga Bandung lainnya memenuhi tepi jalan guna memberikan penghormatan terakhir.

Tetapi setiap memasuki bulan November dalam keadaan teramat sedih, bangsa Indonesia akan memperingati hari Pahlawan, namun sampai hari ini Ingggit Garnasih seorang perempuan tangguh dari Bumi Priangan yang sungguh-sungguh tulus menyerahkan hidupnya untuk kemerdekaan bangsanya, sampai hari ini Negara Indonesia tak kunjung mengakui perjuangannya.

Kita boleh bangga dengan buku INDONESIA MENGGUGAT? tapi buku itu tidak akan pernah ada jika tidak ada Ibu Inggit Garnasih yang kadang jalan kaki ke Banceuy menyemangati Bung Karno serta menyelundupkan bahan-bahan untuk menulis.

Sedemikian teguhnya, Ia rela berjalan di hutan Muko-muko menemani Bung Karno dalam pelarian dari Bengkulu ke Padang. Ibu Inggit Garnasih jalan kaki dengan sarung, kondisi yang amat merepotkan, namun semangat juangnya mengalahkan seluruh kerepotan dan kesulitannya.

Tak cukup seribu lembar kertas untuk mengisahkan begitu banyak kesulitannya dalam perjuangannya untuk Indonesia tetapi semua ia terobos, seperti ia menerobos hutan belantara di pesisir barat Sumatera tanpa pernah mengeluh. Ibu Inggit Garnasih sungguh pejuang tangguh, tetapi sayang bangsa ini teramat kikir untuk menghargai ketulusan dan ketangguhannya.

Baca Juga:   Refleksi 17 Agustus 1945: Menuju Kemerdekaan RI, Mengenang Peristiwa Rengasdengklok

Begitu kikirnya bangsa ini, maka hanya di Bandung saja, namanya diabadikan pada sebuah jalan, itupun tak semua penghuni di jalan itu menggunakan nama Inggit Garnasih sebagai nama jalan. Begitu kikirnya, maka barang-barang milik Inggit Garnasih bersama Bung Karno berserakan sana sini tak terurus.

Saking kikirnya bangsa ini, maka satu-satunya permintaan Ibu Inggit Garnasih untuk dimakamkan di Cigereleng, tak diizinkan Pangkomkamtib saat itu.

Sungguh menyedihkan, bila menyadari besarnya jasa Inggit Garnasih dengan perlakuan bangsa ini padanya yang termat kikir.

Padahal ia sangat pantas untuk dibuatkan patung besar ditengah Kota Bandung, dan namanya pantas diabadikan sebagai nama jalan tidak hanya diseluruh kota- kota di Jawa Barat tetapi juga di berbagai kota lainnya di Indonesia.

Berapa biaya membangun sebuah patung besar? Lima, sepuluh, dua puluh miliar ? Itu terlalu kecil dibanding ketulusan dan kesetiaannya berjuang.

Dan apa ruginya untuk mengakuinya sebagai pahlawan nasional ?

Kenapa bangsa ini teramat sulit untuk mengakui jasanya?**


Kutipan tulisan dari: Jacobus K Mayong dan dari buku: “UNTUK REPUBLIK” Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa. Disusun kembali oleh Redaksi Marhaenist.id.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Gelar Sarasehan, GMNI Surabaya: Teguhkan Persatuan Kader, Akhiri Dualisme Kepemimpinan
Senin, 13 Oktober 2025 | 21:26 WIB
Resmi Dilantik, DPC GMNI Halut Komitmen Kawal Kebijakan Pemda yang Pro Rakyat
Senin, 13 Oktober 2025 | 20:59 WIB
Arjuna Putra Aldino Lantik Pengurus DPC GMNI Halut Periode 2025-2027
Senin, 13 Oktober 2025 | 14:51 WIB
DPD PA GMNI Kaltim Tolak Pemangkasan DBH yang Dinilai Sangat Tidak Adil
Senin, 13 Oktober 2025 | 12:24 WIB
Tambang Rampok Hak Rakyat, Ketua PA GMNI Kaltim Desak Presiden Prabowo Hentikan Operasi 13 Perusahaan Raksasa
Senin, 13 Oktober 2025 | 11:36 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Gelar Konfercab Persatuan, Rifki Pratama dan Andi Supriyanto Resmi Pimpin GMNI Bima
Kabar GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. FILE/Humas Jateng Prov
Polithinking

Untuk Bangsa, Ganjar Pranowo Siap Maju Nyapres!

Marhaenist - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo memiliki modal yang besar…

Kabar GMNI

GMNI Bersama Masyarakat Mamuju Tengah Gelar Aksi di Kantor ATR/BPN, Desak Pencopotan Kepala BPN

Maehaenist.id, Mamuju Tengah -Puluhan kader dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang…

Kabar PA GMNI

Selamat Mengemban Amanah Bung Gede dan Bung Gendon Sebagai Komisioner KIP 2022-2026

Marhaenist - Selamat telah dilantik sebagai Komisioner Komisi Informasi Pusat 2022-2026, kawan…

Indonesiana

Mahfud MD Resmi Mundur dari Jabatannya Sebagai Menko Polhukam di Kabinet Jokowi

Marhaenist.id, Jakarta - Mahfud MD telah resmi mengudurkan diri sebagai Mentri Koordinator…

Kabar GMNI

Kritik Pernyataan Imanuel, Eksponen GMNI: Ada Pelecehan Demokrasi yang Ditutupi Demi Memenangkan Pilpres

Marhaenist.id, Jakarta - Eksponen Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menyayangkan pernyataan Imanuel…

Kabar PA GMNI

Gelar FGD, PA GMNI Sepakat Dorong PLTN Sebagai Energi Alternatif

Marhaenist.id, Jakarta - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa…

Kabar GMNI

DPC GMNI Kota Binjai Apresiasi Kinerja Kapolres dalam Penanganan Arus Lalu Lintas Mudik dan Pengamanan Idul Fitri 1445 H

Marhaenist.id, Binjai - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)…

Polithinking

Jokowi Contoh Teladan Bapak Nepotisme

Marhaenist.id, Jakarta- Pengamat politik, Eep Saefullah Fatah dalam video terbaru, secara terang-terangan…

Kabar PA GMNI

Resmi Lantik PA GMNI Sulteng dan Sulbar, Prof Arief Hidayat Ajak Kader Teladani Pendiri Bangsa untuk Jaga Indonesia

Marhaenist.id, Palu - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Alumni (PA)…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?