By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Tirani yang Tersenyum dalam Bayang Kiamat Epistemik: Evolusi Kekuasaan dari Orwellian ke Huxleyian – Part I
Jika atas Dasar Cinta, Permata Indonesia Tantang Walikota Kendari Permanenkan Penghentian Proyek KOPPERSON di Tapak Kuda
Layangkan Penyataan Sikap Ke Pemerintah, GMNI Se-Indonesia Tolak Pemberian Gelar Pahlawan Kepada Suharto
DPC PA GMNI Bengkalis Ucapkan Selamat atas Terselenggaranya Konfercab Ke- I GMNI Bengkalis
Menteri ATR/BPN Temui Warga Kebon Sayur Setelah Didesak Massa Aksi untuk Tuntaskan Konflik Sengketa Lahan 

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Supremasi Hukum: Jangan Jadikan Hukum Positif Indonesia Sebagai Instrumen Politik Praktis

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Minggu, 17 Maret 2024 | 22:39 WIB
Bagikan
Waktu Baca 6 Menit
Foto: Delian Adlofeno, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Airlangga dan merupakan salah seorang anggota GMNI Kota Mataram/Marhaenist.id.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Mengutip dari halaman website resmi Mahkamah Konstitusi Indonesia menjelaskan bahwa supremasi hukum merupakan upaya menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi. Dengan menempatkan hukum sesuai tempatnya, hukum dapat melindungi seluruh warga masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun, termasuk oleh penyelenggara negara. Oleh karena itu, supremasi hukum tidak sekedar ditandai tersedianya aturan hukum yang ditetapkan, melainkan harus diiringi kemampuan menegakkan kaidah hukum.

Demikian perkataan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi M. Akil Mochtar dalam ceramah kuncinya pada acara Seminar Nasional untuk menyambut hari ulang tahun Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang ke-47 bertemakan “Supremasi Hukum untuk Kemakmuran”.

Upaya menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi sebagaimana di sampaikan oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut sebenarnya telah di pikirkan sejak lama oleh berbagai para ahli hukum di Indonesia. Bahkan jika ditarik lebih jauh lagi dalam dimensi Filsafat Hukum sebenarnya penemuan, perdebatan, maupun kritik – otokritik terhadap setiap perspektif yang membicarakan hakikat hukum untuk kemudian bisa menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi sudah terjadi sejak lama.

Friedrich Karl von Savigny (1770-1861) dengan mazhab hukum sejarahnya misalkan, ia berpandangan bahwa hukum bukan perintah penguasa atau karena suatu kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa bangsa itu. Jiwa bangsa (volksgeist) itulah menjadi hakikat terhadap hukum sendiri. Lalu Jeremy Bentham (1748-1832) dengan mazhab utilitarianisme. Baginya hukum itu di buat, di buat untuk mensejahterakan individual sebanyak mungkin dalam Masyarakat. Itulah hakikat hukum sebenarnya menurut Jeremy Benhtam (1748-1832).

Sebenarnya masih banyak lagi dalam dimensi Filsafat hukum suatu penemuan, perdebatan, maupun kritik – otokritik terhadap setiap perspektif yang membicarakan hakikat ilmu hukum untuk kemudian bisa menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi. John Austin dengan mazhab positivisme sosiologis, Hans Kelsen dengan mazhab positivisme yuridis, mazhab realisme hukum dengan para tokoh-tokohnya, mazhab realisme skandinavia dengan para tokoh-tokohnya, dan lain sebagainya.

Baca Juga:   Tidak Cukup Minta Maaf: Tuntut Tindakan Nyata untuk Kematian Pengemudi Ojol

Kendati demikian pada era itu terjadinya kritik-otokritik terhadap setiap perspektif dalam melihat hakikat hukum, pada intinya para tokoh-tokoh tersebut memiliki tujuan yang sama, yakni ingin menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi.

Berbeda hal pada era sekarang, alih-alih ingin menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi, mempertahankan marwah hukum saja sangatlah susah. Kepentingan individu maupun kepentingan segelintir kelompok menjadikan hukum sebagai senjata baru bagi Masyarakat. Putusan Makamah Konstitusi misalkan. Penambahan diksi dalam persyaratan mencalonan diri sebagai Calon Presiden dan Wakil Presiden yang sekiranya jika di gunakan pendekatan teori Critical Legal Studi (Gerakan Hukum Kritis) sangatlah mengandung unsur politik praktis di dalamnya.

Baru-baru ini lagi misalkan, berita yang cukup mencengangkan dan sedang hangat – hangatnya tentang Arief Rahman Hidayat sebagai Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi disidang etik karena jadi Ketua Umum Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia.

Mengutip dari website resmi CNN Indonesia. Pelapor atas nama Harjo Winoto dan kawan-kawannya mempermasalahkan status Arief sebagai Ketua Umum Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI). Harjo pun mengaitkan posisi itu dengan afiliasi politik Arief sehingga melaporkannya ke MKMK. “Kami juga melaporkan Arief Hidayat atas dasar, satu, fakta pertama bahwa dia merupakan ketua PA GMNI, underbow partai politik,” kata Harjo saat ditemui usai sidang di Gedung MK, Jakarta, Jumat (15/3). Para pelapor khawatir status Arief itu akan mengganggu netralitas MK. Terlebih lagi, MK akan menggelar sidang sengketa Pilpres 2024 dalam waktu dekat.

Pertanyaan yang paling mendasar sekarang adalah mengapa laporan tersebut diajukan ketika konstelasi politik di Indonesia sedang memanas? Mengapa tidak diajukan laporan tersebut pada tahun 2022 sehingga dapat menghindari konflik kepentingan jauh-jauh hari? Bukankah hal-hal seperti ini jika kita gunakan pendekatan teori Critical Legal Studi (Gerakan Hukum Kritis) sangatlah mengandung unsur politik praktis di dalamnya dan akan berakibat pada marwah hukum di Indonesia tidak memiliki marwah sama sekali.

Baca Juga:   Chip War dan Geopolitik Laut China Selatan: Paradigma Baru Gerakan Non-Blok

Dilematis, sebab dilain sisi bahwa prinsip equality be fore the law juga wajib dijalankan, menginggat dalam prinsip tersebut menjelaskan bahwa setiap orang sama di mata hukum dan setiap orang memiliki hak yang sama dalam mengakses hukum itu.

Pada posisi lain hal-hal demikian bilamana dibiarkan begitu saja marwah hukum akan tergerus terus-menerus. Hukum yang seharusnya untuk mensejahterakan individual sebanyak mungkin dalam masyarakat justru menjadi senjata baru dalam masyarakat, menjadi instrument politik praktis bagi segelintir orang.

Satu-satunya jalan untuk menahan hal-hal demikian maka gunakan juga hukum sebagai instrumen untuk memusnahkan-membumi hanguskan – serta hancur leburkan para oknum yang menjadikan hukum sebagai senjata baru dalam Masyarakat atau menjadikan hukum sebagai instrument politik praktis bagi segelintir orang.***


Penulis: Delian Adlofeno, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Airlangga dan merupakan salah seorang anggota GMNI Kota Mataram. 

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Tirani yang Tersenyum dalam Bayang Kiamat Epistemik: Evolusi Kekuasaan dari Orwellian ke Huxleyian – Part I
Kamis, 6 November 2025 | 04:39 WIB
Jika atas Dasar Cinta, Permata Indonesia Tantang Walikota Kendari Permanenkan Penghentian Proyek KOPPERSON di Tapak Kuda
Kamis, 6 November 2025 | 03:35 WIB
Layangkan Penyataan Sikap Ke Pemerintah, GMNI Se-Indonesia Tolak Pemberian Gelar Pahlawan Kepada Suharto
Rabu, 5 November 2025 | 22:05 WIB
DPC PA GMNI Bengkalis Ucapkan Selamat atas Terselenggaranya Konfercab Ke- I GMNI Bengkalis
Rabu, 5 November 2025 | 17:43 WIB
Menteri ATR/BPN Temui Warga Kebon Sayur Setelah Didesak Massa Aksi untuk Tuntaskan Konflik Sengketa Lahan 
Rabu, 5 November 2025 | 02:27 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
GMNI Berduka: Kurniawan Azhari Alumni GMNI di Sumsel Telah Tutup Usia
Kabar PA GMNI
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Kabar GMNI

Gelar Rangkaian Pra Konferda V, DPD PA GMNI Jakarta: Paradigma Baru Perjuangan di Kota Global

Marhaenist.id, Jakarta - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa…

Opini

Dunia Berubah Total dalam Lima Tahun

Marhaenist.id - Pada 27 Maret 2025, sebuah artikel dari CNBC Indonesia menarik…

Belajar KoperasiOpini

Kooperasi sebagai Kekuatan Politik

Marhaenist.id - Saul D. Alinsky, mentor pengorganisir komunitas hebat ini mengatakan bahwa…

Infokini

Skenario Perbaikan Demokrasi dan Pemerintahan Dibutuhkan Oleh Masyarakat Sipil

MARHAENIST - Di tengah kondisi kehidupan bangsa yang tengah menurun dalam berbagai…

Kabar GMNI

6 DPK GMNI Halut Setujui Copot Wilson Musa Sebagai Ketua Cabang

Marhaenist.id, Halut - 6 (Emam) Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional…

Kabar GMNI

‎Dugaan 22 Anak SD Keracunan Makanan dari Program MBG, Ketua GMNI Inhil: Kurangnya Kontrol Pihak Terkait

Maehaenist.id, Tembilahan – Sebanyak 22 siswa Sekolah Dasar di Tembilahan diduga mengalami keracunan…

Pertemuan antara Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani dan Ketua Umum (Ketum) Golkar Airlangga Hartarto di kawasan Monas, Jakarta (08/10/2022). FILE/Detik
Polithinking

Temui Ketua Umum Golkar, Puan Maharani Bahas Hal Ini

Marhaenist - Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto menjadi ketum parpol yang keempat…

Opini

Leviathan yang Tersenyum

Marhaenist.id - Ketertiban atau Ketakutan? Di negeri ini, kita tidak butuh kudeta…

Opini

Ideologi Marhaenisme di Era Neo-Orba: Masihkah Relevan dalam Membela Kaum Marhaen?

Marhaenist.id - Indonesia telah mengalami perubahan besar dalam sistem politik dan ekonomi…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?