Marhaenist.id, Situbondo — Pergeseran periodisasi rezim yang dipimpin oleh Prabowo-Gibran dalam lanskap politik Indonesia turut mewarnai wacana demokrasi.
Keadaan demokrasi hari ini yang cenderung pragmatis telah sedikit demi sedikit menggerus esensi demokrasi itu sendiri, mulai dari akses sosial, ekonomi, politik yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu dan tidak melibatkan masyarakat secara umum.
Secara tidak langsung, hal yang demikian mengurangi partisipasi publik secara utuh dalam berdemokrasi.
Atas hal itu, Bendahara Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasiomal Indonesia (GMNI) Situbondo, Bagus Adil dan Ketua Forum Komunikasi Santri Situbondo, Ahmad Zainul Khofi menaruh keprihatinan terhadap keadaan demokrasi yang mencemaskan itu.
Mereka menyoroti pentingnya peran pemuda-pemudi untuk ikut serta dalam terselenggaranya proses demokrasi yang utuh secara nilai dan prinsip.
Keadaan tersebut, lanjut mereka, membutuhkan ruang bagi para anak muda untuk mengimplementasikan perannya tidak hanya pada ruang-ruang kelas, tetapi juga pada ruang-ruang publik.
“Jika mengutip ucapan Gramsci, bahwa anak muda adalah intelektual organik, maka mereka sepatutnya ikut dalam proses diskursus hingga implementasi penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis,” ujar mereka, Rabu (17/10/2025).
Kondisi ini tidak dapat didiamkan. Maka dari itu, tutur mereka, perlunya sebuah ruang yang mewadahi itu semua, ruang itu bernama “Komunitas Pemuda Pelopor Demokrasi (KPPD)”.
“Besar harapannya, pemuda-pemudi ikut terlibat dan memiliki peran aktif dalam ruang tersebut,” pungkas mereka.***
Penulis: Redaksi/Editor: Bung Wadhaar.