Marhaenist.id – Banyak fenomena ganjil yang terjadi diantara kita. Terutama tentang Marhaenisme. Sebagian dari kita memahami Mahaenisme secara “Voluntaris”, yang memahami Marhaenisme sebagai simbol yang gagah berani, revolusi sekarang juga melawan segala bentuk kedzaliman penindasan.
Dengan kata lain, memahami Marhaenisme sebagai “iman”. Dengan iman revolusioner, seseorang bisa mengguncang dunia, bahkan memindahkan gunung ke lautan.
Apabila gunung itu belum juga berpindah, berarti iman kita yang belum kuat dan harus ditempa lagi dengan merapal ulang frase-frase revolusioner. Semacam mengulang mantra “de samen bundeling van alle revolutionaire krachten”.
Di tengah situasi semacam ini, ada dua tindakan yang sering kita lakukan; pertama, kita kerap menyeret-nyeret teks-teks kanonik Soekarno (secara dogmatik) hanya sebagai “otoritas tekstual” untuk mengobati keresahan kita atas kondisi yang ada.
Kedua, kita kerap menciptakan “musuh-musuh imajiner” yang seakan-akan nyata hendak dilawan. Dengan kata lain, kita masuk ke dalam realitas “simulakra”, realitas maya yang seakan-akan nyata.
Ini adalah konsekuensi logis dari pembacaan secara dogmatik atas teks-teks Soekarno. Seperti melawan Imperialisme, Kolonialisme yang dianjurkan oleh Soekarno tanpa memahami konteks dan anatominya.
Apa sebab hal ini terjadi?
Sebabnya tak lain karena kita “mencerabut” sosialitas si Marhaen dari Marhaenisme itu sendiri. Artinya, kita memahami Marhaenisme tanpa memahami keberadaan Marhaen itu sendiri. Kita menghilangkan keberadaan “Marhaen” sebagai basis ontologis dari Marhaenisme.
Kita berdiri sebagai Marhaenis, minus kaum Marhaen, yang berdiri di atas singasana simptom idealistik. Mereduksi kenyataan objektif pada skema subjektif.
Solusinya, kita perlu memahami keberadaan marhaen menurut situasi saat ini. Memahami kemiskinan si Marhaen dalam konteks saat ini.
Caranya tak lain tak bukan, yakni kita perlu memahami imperialisme, kapitalisme yang ada saat ini, sebagai pencipta dari kemiskinan si marhaen itu sendiri.
Sebagai basis material dari keberadaan marhaen saat ini. Dengan manganalisis bagaimana kapitalisme dan imperialisme hari ini bekerja, kita akan memahami posisi dari si marhaen dalam konteks formasi sosial hari ini, dan memahami posisi kita sendiri.
Dengan itu pula, kita memahami bagaimana cara mentransformasikan tindakan dan bagaimana revolusi itu diciptakan.***
Penulis: Arjuna Putra Aldino.