Marhaenist.id, Kendari – Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari menggelar mimbar bebas kembali di jalanan dalam rangka refleksi Bulan Bung Karno di Perempatan Pasar Baru Wua-Wua Kendari, Minggu (9/6/2024).
Gelaran Mimbar Bebas tersebut dilaksanakan mulai sore hari yang berlanjut sampai malam hari dengan pembakaran lilin untuk mengenang perjuangan Bung Karno (BK) dalam memerdekakan Bangsa Indonesia dari tangan penjajah.
Kabid Agitasi dan Propaganda Aksi DPK GMNI FISIP UHO Kendari, Kino dalam orasinya mengatakan bahwa Bulan Juni dikenal dengan sebutan Bulan Bung Karno karena pada bulan Juni terdapat beberapa peringatan peristiwa penting yang berkaitan dengan Bung Karno sebagai sosok Proklamator sekaligus Presiden RI pertama.
“Di Bulan Juni memuat beberapa tanggal penting bagi Soekarno, mulai dari tanggal kelahiran, tanggal wafat sampai hari lahirnya Pancasila yang diprakarsai oleh Soekarno,” ungkap Kino.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Azlan Putra, Ketua DPK GMNI FISIP UHO Kendari, Dengan lantang saat orasi, ia mengatakan bahwa bulan Juni yang sering disebut sebagai bulan Bung Karno sebagai Founding Father of Indonesia yang merupakan Presiden pertama Republik Indonesia lahir pada tanggal 1 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970.
“Selain hari lahir Pancasila yang pada tanggal 1 Juni 1945, Presiden pertama Republik Indonesia itu lahir pada tanggal 1 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970. Itulah peristiwa penting yang berhubungan dengan Bung Karno dibulan Juni dan salah satu perannya untuk Indonesia dimana ia bersama rekan-rekan seperjuangannya memproklamasikan kemerdekaan dan berhasil memimpin Indonesia meraih kemerdekaan dan mengukuhkan kedaulatan,” ujar Azlan.
Azlan sapaan akrab Ketua DPK GMNI FISIP UHO Kendari itu, juga mengatakan, dalam momentum Bulan Bung Karno, kemerdekaan Indonesia yang telah diperjuangkan oleh Bung Karno harus tetap dijaga oleh anak bangsa yang ada sekarang ini sebagai generasi penerus kemerdekaan kerumah kemerdekaan yang hakiki.
“Maka dari itu, kemerdekaan yang telah kita rasakan bersama harus dirawat dengan baik oleh generasi penerus bangsa dan membawahnya ke rumah kemerdekaan yang memiliki tanggung jawab untuk mengabdi kepada negara kedepan dan wajib untuk terus memupuk rasa nasionalisme dengan meningkatkan semangat kerja yang didasari profesional.” sambung Azlan.
Lanjutnya, Azlan berharap kegiatan yang mereka lakukan tidak sekadar dijadikan sebagai panggung seremonial semata tetapi dapat dipahami sebagai amalan oleh seluruh anak bangsa untuk bisa mengokokohkan kecintaannya kepada Indonesia tanpa memandang latar belakang warga yang ada didalamnya.
“Dengan kegiatan ini, saya berharap, substansi dari peringatan ini bisa benar-benar dimaknakan dan diamalkan dengan baik supaya kecintaan kita terhadap bangsa dan negara bisa terus tumbuh seperti cita-cita Bung Karno yang mencetuskan Pancasila sebagai common platform dalam mengelola kemajemukan Indonesia yang terdiri dari beragam etnis, suku, agama, bahasa dan budaya,” tutup Azlan.
Sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah bangsa, Bung Karno tidak hanya dikenal sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia, tetapi juga sebagai pemimpin yang gigih memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan bagi rakyatnya.***
Penulis: Bung Wadhar/ Editor: Wadhar.