Marhaenist.id – Bercengkrama mengenang saat di GMNI 30 tahun yang lalu, saling kunjung membawa bingkisan ide untuk dipertengkarkan “Dialog Antara Cabang GMNI”. Menyongsong Kongres XII GMNI tidak ada kepastian kapan akan dilaksanakan, periodesasi kepengurusan hasil Kongres XI di Malang akan berakhir 1995, tapi tdak ada kabar burung apalagi surat resmi kapan, dimana Kongres akan dilaksanakan. Konon ada tarik ulur dari penguasa saat itu, bahkan terselip kepentingan para senior, dan konon-konon yang lain acapkali jadi perbincangan.
Dalam kondisi ini, beberapa Cabang GMNI menggagas “Dialog Antar Cabang GMNI hinga terbentuklah Dewan Penyelamat Organisasi Independen Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPOI GMNI), kalaupun Presidium GMNI tidak melaksanakan Kongres, maka Cabang- Cabang GMNI akan menyelengarakannya.
Pada akhirnya Ketua Presidium Heri Wardono (Periode 1992-1995) bergegas mempercepat pelaksanaan Kongres. Kongres akan dilaknakan di Bandar Lampung,?cabang-cabang GMNI menolak, atas desakan cabang-cabang, akhirnya tempat Kongres XII GMNI dipindah ke Kota Denpasar Provinsi Bali.
Kongres XII GMNI dilaksanakan Tahun 1996 di Grand Mirage Hotel Denpasar Bali, berlangsung dibawah “kepungan” para senior dan elit penguasa “tertentu”, pesan dikirim (intervensi) melalui peserta kongres tertolak, Dialog Antar Cabang GMNI yang sudah mematangkan ide menjadi keputusan-keputusan Kongres.
Perubahan Anggaran Dasar GMNI pada Pembukaan dengan memasukan frasa-frasa sosialis religius, nasionalis religius, progresif revolusioner dalam kalimat-kalimat yang utuh mengalir dalam nyali keberanian, nurani yang bersih serta tahu konsekwensi yang akan dihadapi. Dan tidak ada lagi jalan untuk berhenti apalagi untuk berbalik, jalan yang tersedia hanya terus maju, kalaupun berbelok, belok saja ke kiri, karena biasanya Belok Kiri Langsung, tidak perlu mengikuti APPIL. 🤣🤣🤣.
Penulis: Abidin Fikri, Alumni GMNI Jogjakarta.