By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Marhaenist
Log In
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Onward Issue:
Gelar Muskom, Rakhmadhan terpilih sebagai Ketua DPK GMNI Polbeng Bengkalis
Seruan Ideologis, GMNI Halut Dukung Kongres Persatuan Tanpa Intervensi Kekuasaan
Politik Budi Nurani Ir. Sukarno
Bumikan Marhaenisme Lewat Alumni-nya di Sulteng, Tiga DPC PA GMNI Resmi Dideklarasikan
DPD GMNI Malut Desak Forum Nasional Komunikasi Persatuan Dorong KLB Sebagai Jalan Penyelamatan Organisasi

Vivere Pericoloso

Ever Onward Never Retreat

Font ResizerAa
MarhaenistMarhaenist
Search
  • Infokini
    • Internasionale
  • Marhaen
    • Marhaenis
    • Marhaenisme
    • Study Marhaenisme
    • Sukarnoisme
  • Indonesiana
    • Kabar PA GMNI
    • Kabar GMNI
  • Kapitalisme
  • Polithinking
  • Insight
    • Bingkai
    • Historical
  • Manifesto
  • Opini
Ikuti Kami
Copyright © 2024 Marhaenist. Pejuang Pemikir. All Rights Reserved.
Opini

Kolonialisme Baru: Negara Tersandera oleh Oligarkhi

La Ode Mustawwadhaar
La Ode Mustawwadhaar Diterbitkan : Minggu, 9 Maret 2025 | 02:57 WIB
Bagikan
Waktu Baca 6 Menit
Ilustrasi Oligarki/MARHAENIST.
Bagikan
iRadio

Marhaenist.id – Yang sekarang terjadi adalah Pemerintah disandera (state capture) oleh kekuatan oligarkhi (asing dan lokal) yang berperan sebagai Shadow state (Pemerintah bayangan). Ini bentuk kolonialisme baru.

State Capture Corruption atau Grand Corruption adalah bentuk korupsi yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan negara oleh elit politik dan bisnis untuk memperkaya diri sendiri dan mempertahankan kekuasaan mereka. Berikut adalah beberapa karakteristik State Capture Corruption:

1. Penyalahgunaan Kekuasaan Negara: State Capture Corruption melibatkan penyalahgunaan kekuasaan negara oleh elit politik dan bisnis untuk memperkaya diri sendiri dan mempertahankan kekuasaan mereka.
2. Kolusi antara Politik dan Bisnis: State Capture Corruption sering melibatkan kolusi antara elit politik dan bisnis, di mana mereka bekerja sama untuk memperoleh keuntungan pribadi dan mempertahankan kekuasaan mereka.
3. Penyalahgunaan Sumber Daya Negara: State Capture Corruption melibatkan penyalahgunaan sumber daya negara, seperti dana negara, tanah, dan sumber daya alam lainnya, untuk memperkaya diri sendiri dan mempertahankan kekuasaan mereka.
4. Pengaruh terhadap Kebijakan Publik: State Capture Corruption dapat mempengaruhi kebijakan publik dan pengambilan keputusan, sehingga menguntungkan elit politik dan bisnis yang terlibat.
5. Kerugian bagi Masyarakat: State Capture Corruption dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat, seperti penurunan kualitas hidup, peningkatan kemiskinan, dan penurunan kepercayaan terhadap institusi negara.

Contoh State Capture Corruption di Indonesia antara lain:

– Kasus Korupsi BLBI: Kasus korupsi BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang terjadi pada tahun 1990-an, di mana elit politik dan bisnis bekerja sama untuk menyalahgunakan dana negara.
– Kasus Korupsi E-KTP: Kasus korupsi E-KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik) yang terjadi pada tahun 2013, di mana elit politik dan bisnis bekerja sama untuk menyalahgunakan dana negara.
– Kasus Korupsi Jiwasraya: Kasus korupsi Jiwasraya yang terjadi pada tahun 2020, di mana elit politik dan bisnis bekerja sama untuk menyalahgunakan dana negara.

Baca Juga:   Jokowi Sedang Menggali Kuburnya Sendiri?

Dalam keseluruhan, State Capture Corruption adalah bentuk korupsi yang sangat merugikan bagi masyarakat dan dapat mempengaruhi kebijakan publik dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mencegah dan memberantas State Capture Corruption di Indonesia.

Ketika VOC (perusahaan swasta) menjajah Indonesia diberi kekuatan dan dukungan oleh pemerintah Belanda dan dipersenjatai untuk menduduki Indonesia. Tujuannya adalah menguras Sumber Daya Alam (SDA). Pemerintah Belanda berperan sebagai Shadow Government, VOC sebagai operator dan sebagian bangsa kita (para pengkhianat) bersedia sebagai komprador ataupun kacung/kuli yang melayani ndoro tuan VOC.

Berbagai peraturan dibuat untuk menguras SDA. Tanam Paksa atau Cultuurstelsel adalah salah satu contohnya. Swasta (VOC) sebagai operator dikendalikan oleh Pemerintah Belanda (Shadow Government), terjadilah State Capture dan pengurasan SDA (Grand corruption). Bangsa Indonesia menjadi bangsa jajahan.

Sama persis seperti sekarang hanya posisinya terbalik. Saat ini pemerintah sebagai operator pembangunan, dimana termasuk sebagian oknum sebagai pengkhianat, sebagai komprador, atau economic hit man. Sedangkan pemilik modal (kapitalis asing dan lokal) bersinergi berperan sebagai shadow state (yaitu oligarkhi). Ini adalah bentuk kolonialisme baru (neo-kolonialisme) yaitu merupakan kebalikannya ketika VOC di Indonesia.

Akibatnya negara tetsandera (state capture) oleh kepentingan oligarkhi. Kondisi sosial-ekonomi-politik sudah darurat. Penyelenggaraan berbangsa dan bernegara sudah darurat terperangkap pada kendali oligarkhi. Pada kondisi yang darurat seperti ini peraturan per undang-undangan dengan sangat mudah direkayasa (dibuat baru, diubah, dirancang sesuai kepentingan) oligarkhi.

Kalau perlu tidak usah pakai kajian akademis dan beberapa hari sudah final dan diundangkan. Terjadilah State Capture (penyanderaan negara) dengan tujuan utama pengurasan SDA, dan terjadilah Grand Corruption yang skalanya luar biasa besar, jauh lebih besar dari bayangan kita sebagai rakyat biasa. Kasus tambang, BBM oplosan, e-KTP, impor pangan, dll hanyalah output atau produk dari state capture tersebut.

Baca Juga:   Pilkada 2024: Kesadaran Politik Pemilih Muda 

Akhirnya rakyat yang dirugikan. Bahwa pembangunan nasional seharusnya untuk mensejahterkan rakyat secara berkeadilan jauh panggang dari api. Misi bangsa seperti dalam Alenia-4 Pembukaan UUD 1946 belum terwujud, kenyataan (realitas) masih jauh dari cita-cita (idealitas). Petty Corruption (korupsi kecil-kecil an) dan Grand corruption terjadi bersamaan secara meluas. Jarang ditemui pemimpin yang amanah, berintegritas, jujur, visioner, dan berkomitmen untuk kesejahteraan seluruh rakyat.

Sudah saatnya para cendekiawan bicara, bersama seluruh rakyat (komponen bangsa) menegakkan kebenaran dan keadilan. Indonesia sudah darurat korupsi, darurat politik, darurat etika dan moral. Kondisi seperti ini apabila “diabaikan” dengan cepat bisa memicu “confidence crisis” atau krisis kepercayaan. Pengalaman tahun 1997/1998 diawali dengan jatuhnya nilai mata uang telah meluas menjadi krisis moneter dan perbankan, dan pada gilirannya merambah kepada krisis kepercayaan.

Tidak pernah terbayang bahwa Soeharto yang berkeadaban lebih dari 32 tahun harus rela mundur karena situasi yang tak terkendali. Peran mahasiswa ketika itu mempercepat matangnya situasi politik dan Indonesia masuk ke era reformasi yang diawali dengan masuknya lndonesia dalam program IMF. Soeharto harus rela menandatangani LoI (Letter of Intent) dan terjadilah reformasi besar-besaran (big bang reform) di Indonesia.

Reformasi yang dimulai dengan penataan sektor keuangan dan perbankan (mengikuti LoI sesuai program IMF) dan berlanjut kepada bidang lain seperti Otonomi Daerah. Bahkan UUD 1945 telah diamandemen sebanyak empat kali dan dihasilkan UUD baru yaitu UUD 2002. Negara sudah tersandera (state capture) yang implikasinya bisa dirasakan sampai saat ini.

Walahu’alam bishowab. Semoga bermanfaat!


Penulis: Prasetijono Widjojo MJ (Alumni GMNI) Bekerja sama dengan MetaAI.

Bagikan Artikel
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print

ARTIKEL TERBARU

Gelar Muskom, Rakhmadhan terpilih sebagai Ketua DPK GMNI Polbeng Bengkalis
Minggu, 13 Juli 2025 | 23:22 WIB
Seruan Ideologis, GMNI Halut Dukung Kongres Persatuan Tanpa Intervensi Kekuasaan
Minggu, 13 Juli 2025 | 18:17 WIB
Politik Budi Nurani Ir. Sukarno
Minggu, 13 Juli 2025 | 17:10 WIB
Bumikan Marhaenisme Lewat Alumni-nya di Sulteng, Tiga DPC PA GMNI Resmi Dideklarasikan
Minggu, 13 Juli 2025 | 16:48 WIB
DPD GMNI Malut Desak Forum Nasional Komunikasi Persatuan Dorong KLB Sebagai Jalan Penyelamatan Organisasi
Minggu, 13 Juli 2025 | 02:22 WIB

BANYAK DIBACA

Negara Hukum Berwatak Pancasila
Insight
Pro dan Kontra PT. SIM di Dusun Pelita, Bupati SBB dilema?
Opini
Presiden Jokowi Resmi Buka Kongres IV Persatuan Alumni GMNI
Kabar PA GMNI
Pembukaan Kongres IV Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI)
Kabar PA GMNI
Buka kongres PA GMNI, Jokowi Ajak Alumni GMNI Jaga Kedaulatan dan Menangkan Kompetisi
Kabar PA GMNI

Lainnya Dari Marhaenist

Polithinking

Sevisi Dengan Kader PDIP Yogyakarta, Arya Siap Dipasangkan Jadi Wakil Walikota

Marhaenist, Yogyakarta - Ariyanto menyatakan dirinya siap menjadi calon wakil walikota untuk…

Dari kiri, Hadi Sucipto (Ketua Gapokmas Tani Mandiri Jatim), Dandim 0808 Blitar Letkol Sapto Priono, Wabub Blitar Rahmat Santoso, Tenaga Ahli Utama KSP Usep Setiawan, Sukidi (Kantah BPN Kab Blitar ), Kapolres Blitar AKBP Aditya Panji Anom, Marjoko (Pembina Tani Mandiri Jatim) dan Kapolresta Blitar AKBP Agro Wiyono. MARHAENIST
Infokini

Tenaga Ahli Utama KSP Minta GTRA Kabupaten Blitar Lebih Proaktif Komunikasikan Konflik Agraria

Marhaenist - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Usep Setiawan berdialog…

Kabar GMNI

Tanggapi Issu Kongres Versi Imanuel, Eksponen GMNI: Jangan Terprovokasi Jika tidak Menyatukan

Marhaenist.id, Jakarta – Polemik internal Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) kembali memanas.…

Kabar GMNI

Temui Kapolres, GMNI dan IMALA Minta Usut Tuntas Kasus Kematian Satpol PP Lebak Saat Pengamanan Aksi

Marhaenist.id, Lebak - Perwakilan organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional…

Indonesiana

Indonesiaku Lagu Baru Erros Djarot, Menerawang, Memandang Tentang ke Indonesiaan

Marhaenist.id - Nasionalis, siapa sih di sini yang enggak kenal dengan Erros Djarot?…

OpiniPolithinking

Pemerintah Lakukan Diskriminasi dalam Penghapusan Utang UMKM

Marhaenist.id - Pemerintah lagi lagi melakukan kebijakan diskriminatif terhadap lembaga keuangan koperasi. Utang…

Opini

GMNI Harus Kembali ke Jalan Persatuan

Marhaenist.id - Dalam beberapa tahun terakhir, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menghadapi…

Polithinking

Pedagang dan Warga Palembang Yakin Ganjar Mampu Stabilkan Harga Sembako

Marhaenist.id, Palembang - Capres 2024, Ganjar Pranowo kembali blusukan ke pasar-pasar tradisional…

Kabar GMNI

GMNI Jaksel: Tangkap dan Adili Jokowi! Tolak RUU Polri dan KUHAP! Copot Kapolri!

Marhaenist.id - Rezim Otoriter Jokowi Harus Bertanggung Jawab Atas Krisis Hukum, Ekonomi,…

Tampilkan Lebih Banyak
  • Infokini
  • Indonesiana
  • Historical
  • Insight
  • Kabar PA GMNI
  • Kabar GMNI
  • Bingkai
  • Kapitalisme
  • Internasionale
  • Marhaen
  • Marhaenis
  • Marhaenisme
  • Manifesto
  • Opini
  • Polithinking
  • Study Marhaenisme
  • Sukarnoisme
Marhaenist

Ever Onward Never Retreat

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • ▪️ Kirim Artikel
  • ▪️ Format

Vivere Pericoloso

Ikuti Kami

Copyright © 2025 Marhaenist. Ever Onward Never Retreat. All Rights Reserved.

Marhaenist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?